Imam Jalaluddin Al Mahalli Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Ahmad bin Ibrahim bin Ahmad bin Hashim Al-Jalal, Abu Abdillah bin al-Syihab, Abi Al-’Abbas bin al-Kamal al-Ansari, Al-Mahalli, Al-Qahiri, Al-Syafii. Beliau dilahirkan dilahirkan di Mesir pada bulan Syawal tahun 791H. dan wafat pada tahun 864 H. di Mesir, dan dimakamkan disana juga.
Jalaluddin Al-Mahalli adalah seorang mufasir (ahli tafsir) berkebangsaan Mesir. Ia lebih dikenal dengan julukan Jalaluddin Al-Mahalli yang berarti orang yang mempunyai keagungan dalam masalah agama. Sedangkan sebutan Al-Mahalli dinisbahkan pada kampung kelahirannya, Mahalla Al-Kubra, yang terletak di sebelah barat Kairo.
Sejak kecil tanda-tanda kecerdasan sudah menonjol pada diri Mahalli. Ia ulet menyerap berbagai ilmu, mulai dari tafsir, ushul fikih, teologi, fikih, matematika, nahwu dan logika. Mayoritas ilmu tersebut dipelajarinya secara otodidak, hanya sebagian kecil yang diserap dari ulama-ulama salaf pada masanya, seperti Al-Badri Muhammad bin Al-Aqsari, Burhan Al-Baijuri, A’la Al-Bukhari dan Syamsuddin bin Al-Bisati.
Sebagai seorang ulama, beliau dikenal cukup produktif dalam menulis kitab. Diantara kitab-kitabnya yang terkenal adalah:
Dan masih banyak yang lainnya.
Imam Jalaluddin As Suyuthi bernama lengkap Abd al-Rahman ibn Kamal al- Din Abu Bakar ibn Muhammad ibn Sabiq al-Din ibn Fakh al-Din Usman ibn Nais al-Din Muhammad ibn Sayf al-Din al-Khudayri Jalal al-Din al-Suyuti al-Misriy al-Syafi’I. Beliau dilahirkan di Kairo tanggal 1 Rajab, tahun 849 H, bertepatan dengan tanggal 3 Oktober 1445 M, pada malam Ahad setelah maghrib.
Allah menganugerahkan kepadanya kemudahan untuk meraih ilmu sejak kecil, kecerdasan di atas rata-rata, dengan lingkungan yang kondusif. Dia hidup di lingkungan keluarga yang kental nuansa ilmiahnya.
Sewaktu kecil, ayahnya pernah membawanya ke majelis Syekh Muhamamd Al-Majdzub dan memperoleh doa keberkahan darinya. Dia juga sempat diajak ke majelis Al-Hafizh Ibnu hajar dan mendapatkan ijazah (rekomendasi periwayatan umum) darinya.
Dalam perjalanannya menuntut ilmu agama, ia mempunyai prinsip dalam mencari ilmu, yaitu menerapkan dua manhaj talaqqi ilmu (metode mencari ilmu). Pertama, memilih satu guru dan bermulazamah kepada guru tersebut dalam waktu yang cukup atau sampai sang Guru meninggal. Kedua, dalam mencari ilmu, ia tidak membatasi diri pada syekh-syekh tertentu saja.
Berkat ketekunan dan ketelatenannya dalam memperdalam ilmu, akhirnya, As-Suyuthi mampu menguasai ilmu agama. Tidak hanya dalam satu disiplin ilmiah ia menjadi kampiun, tetapi lebih dari satu disiplin ilmiah. Dia pernah berkata, “Aku dikaruniai kedalaman ilmu dalam tujuh bidang, yaitu: tafsir, hadis, fikih, nahwu, al-ma’ani, al-bayan, dan al-badi.”
Sebagai seorang ulama yang sangat diakui keluasan ilmunya, beliau telah menulis banyak sekali kitab. Tercatat semasa hidupnya beliau telah menelurkan lebih dari ratusan karya. Diantara kitab-kitabnya tersebut adalah:Dalam Bidang Tafsir dan Ulumul Qur’an
Al-Durr al-Mansur fi Tafsir bi al-Ma’sur.
Setengah dari Tafsir al-Jalalain
Majma’ al-Bahrain wa Matla’ al-Badrain
Al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an
Lubab al-Nuqul fi Asbab al-Nuzul
Hasyiyah Anwar al-Tanzil
Dalam Bidang Hadits, Syarah Hadits, dan Ilmu Hadits
Al-Jami’ al-Sagir min Ahadis al-Basyir wa al-Nazir
Tanwir al-Hawalik fi Syarah Muwatta’ al-Imam Malik
Jam’ual-Jawami’
Syarah Al-fiyyah al-‘Iraqi
Kasyf al-Muwatta
Lubab al-Hadis
Dalam Bidang Fiqih dan Ushul Fiqih
Selain kitab-kitab diatas, masih banyak lagi kitab-kitab beliau yang belum kami sebutkan.