Ingatlah! Sebentar lagi kita memasuki bulan Ramadhan. Allah Yang Mahakuasa memerintahkan, barangsiapa yang menyaksikan bulan ini, hendaknya ia mengerjakan puasa.
Jabir bin Abdillah berkata, “Jangan kamu jadikan hari puasamu sama seperti hari berbukamu. Jangan kamu memerlakukan keduanya dengan perlakuan yang sama.” Maksudnya, hendaknya ada perubahan.
‘Hanya’ dengan terbitnya bulan sabit di ufuk langit, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan pun dibelenggu, serta para penyeru berseru, Mahasuci Allah, Dia-lah Yang Mahakuasa!
Hal ini merupakan sebuah perubahan mendasar yang menakjubkan di penjuru semesta. Perubahan ini harus bisa dirasakan oleh seorang mukmin, yang memiliki akal yang sadar dan hati yang hidup. Dengan rasa ini pula, ia menyambut kedatangan Ramadhan dengan penyambutan yang semestinya.
Dampak sikap penyambutan ini terlihat nyata pada perubahan ritme hidupnya, sebab ia berinteraksi dengan semesta. Bila semesta berubah, iapun harus berubah. Oleh karena itu, hal pertama yang menjadi poin penyambutan kita ialah dengan merenggangkan ketegangan urat syaraf di dalam peperangan melawan kehidupan. Hal ini agar tercipta perdamaian (kemaslahatan).