Akulah Rahwana, sang Asura! Selama ribuan tahun aku difitnah. Kematianku dirayakan di mana-mana dengan sukacita.
Kenapa? Karena aku menantang bangsa Dewa demi kebahagiaan putriku, Sinta? Karena aku berjuang membebaskan rakyatku dari aturan kasta yang semena-mena? Engkau telah mendengar kemenangan Rama sang penakluk dalam Ramayana.
Sekarang simaklah Rahwanayana, karena aku Rahwana!
Akulah Bhadra, sang Asura! Aku bukan siapa-siapa. Tak terlihat, tanpa kuasa, tak dianggap ada. Tak satu pun kisah tentang diriku bakal ditulis.
Ketika kehidupan orang besar diceritakan, suaraku mungkin terlalu sayup untuk didengar. Tetapi, beri aku waktu sejenak untuk mengisahkan hidupku dan bangsaku yang kalah!
Semua pasti mengenal Ramayana. Kisah memukau tentang Sri Rama, pahlawan kebajikan yang membunuh setan kegelapan bernama Rahwana.
Siapa saja yang pernah menyimak Ramayana seharusnya memiliki pertanyaan, jika Rahwana sebegitu kejam dan tidak bermoralnya, kenapa ia sama sekali tidak menyentuh Shinta?
Dan jika Rama sebegitu baik dan bermoralnya, kenapa ia membiarkan Shinta dilalap api untuk membuktikan kesuciannya setelah Alengka dihancurkan?
Tak sampai di situ, setelah Shinta dibuang ke hutan, mengandung hingga melahirkan sendirian, dengan ditemani seorang begawan suci... ketika ingin kembali ke pelukan Rama, Rama justru tak bisa menolak prasangkaan para brahmana bahwa mungkin Shinta sudah diapa-apakan oleh sang begawan dan disuruh melakukan pembuktian sekali lagi, yang menyebabkan akhirnya Shinta bunuh diri?
Jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut tersaji dalam novel Rahwana, sebuah kisah rahasia
Sejarah selalu ditulis para pemenang. Suara yang kalah tersuruk di kesunyian. Bagaimana jika Rahwana dan bangsanya mempunyai kisah yang berbeda? Mungkin sudah tiba saatnya bagi yang kalah untuk berbicara.
Dan inilah Rahwanayana, kisah tersembunyi tentang Rahwana dan bangsanya: Asura. Sebuah kisah yang dimuliakan kaum tertindas di Jambudwipa ribuan tahun lamanya.