Peri Mardiyono adalah seorang seniman dan pelukis asal Indonesia yang lahir di Klaten, Jawa Tengah pada tanggal 23 Maret 1934 dan meninggal pada tanggal 18 November 2013 di Jakarta.
Peri Mardiyono dikenal sebagai salah satu seniman Indonesia yang memegang prinsip bahwa seni harus memiliki makna yang mendalam dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Peri Mardiyono mengawali karirnya sebagai seorang seniman dengan bergabung dalam Sanggar Pelukis Rakyat di Yogyakarta pada tahun 1954.
Ia kemudian melanjutkan studinya di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta, dan lulus pada tahun 1961.
Selama periode tersebut, ia terinspirasi oleh seniman Indonesia seperti Affandi, Hendra Gunawan, dan Sudjojono.
Karya-karya Peri Mardiyono sering mengeksplorasi tema sosial dan politik, seperti kemiskinan, ketimpangan, ketidakadilan, dan kritik terhadap rezim otoriter.
Salah satu karyanya yang terkenal adalah "Kuliah Malam" yang menggambarkan kehidupan buruh pabrik di Jakarta pada tahun 1971.
Selama karir seninya, Peri Mardiyono telah menggelar banyak pameran seni di Indonesia dan luar negeri.
Beberapa di antaranya adalah Pameran Seni Rupa Kontemporer Indonesia di Tokyo (1962), Pameran Seni Rupa Indonesia di Moscow (1963), dan Pameran Seni Rupa Indonesia di Taman Ismail Marzuki, Jakarta (1971).
Selain menjadi seorang seniman, Peri Mardiyono juga pernah mengajar di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta, Institut Kesenian Jakarta (IKJ), dan Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga.
Ia juga pernah menjabat sebagai Ketua Yayasan Seni Rupa Indonesia (1989-1999) dan Ketua Dewan Kesenian Jakarta (1995-2001).
Peri Mardiyono dikenal sebagai seniman yang sangat konsisten dan berprinsip.
Ia telah memberikan banyak kontribusi pada perkembangan seni rupa Indonesia, dan karyanya masih dihargai dan dipamerkan hingga saat ini.