Jiwanya sedang porak-poranda, hatinya sedang berduka. Tapi wajahnya tetap menampakkan senyuman paling indah. Bukan sedang berpura-pura bahagia, hanya sedang berusaha untuk tangguh. Dan setelah kamu menghancurkan dirimu, menangis sepanjang waktu. Ia peduli apa? Tak ada. Perasaan yang tak berbalas, perasaan yang tak terungkap, perasaan yang dikhianati.
Hidup, tapi tanpa kehidupan. Hanya berjalan tak ada tujuan. Sungguh tidak ada cerita sejarah perjalanan hidup manusia yang lebih menyayat, kecuali saat ia mengalami patah hati.
Adalah kerumitan yang harus kita hadapi sendiri. “Teruntuk para pengembara rasa, jika yang kau inginkan adalah cinta tanpa ada luka di dalamnya, maka tak akan pernah kau temukan yang semisal itu, kecuali cinta Tuhan kepada hamba-Nya”.
Buku ini ditulis untuk seseorang yang sedang berada dalam lembah kecewa, yang pernah patah harapannya, yang merindukan bahagia, yang menginginkan cinta tanpa ada sakit sedikitpun di dalamnya, yang mengharapkan ridho Allah sebagai poros kehidupannya.
Maaf Tuhan, Aku Hampir Porak-poranda karena Perasaan akan menemanimu berjalan lebih jauh, menuntaskan segala duka dan derita, menuju puncak tertinggi dalam mencinta, mengikhlaskan segala yang sudah tiada.
Untukmu, jiwa-jiwa rapuh yang sedang mencari pelabuhan akhirnya. Selamat menyelam.